Jabaran rmansyah di Mili Iqra dapat membanu kita memahami tentang hal itu dipandang dari sudut agama Ilam
---------------------------------
[Arman] :
Saya termasuk satu diantara mereka yang begitu antusias dalam pembahasan seputar eksistensi Makhluk Luar Angkasa atau biasa disebut jg dengan nama Alien dan semacamnya.
Berbicara mengenai kehidupan diluar bumi, kita akan menyinggung mengenai eksistensi makhluk luar angkasa yang akan membawa kita pada kontroversi berkepanjangan yang sampai hari ditulisnya My Diary 7 ini pun perdebatan dikalangan ilmuwan dan juga agamawan terus berlanjut. Tidak ada kata sepakat mengenainya.
 ---------------------------------
[Arman] :
Saya termasuk satu diantara mereka yang begitu antusias dalam pembahasan seputar eksistensi Makhluk Luar Angkasa atau biasa disebut jg dengan nama Alien dan semacamnya.
Berbicara mengenai kehidupan diluar bumi, kita akan menyinggung mengenai eksistensi makhluk luar angkasa yang akan membawa kita pada kontroversi berkepanjangan yang sampai hari ditulisnya My Diary 7 ini pun perdebatan dikalangan ilmuwan dan juga agamawan terus berlanjut. Tidak ada kata sepakat mengenainya.
Ada yang mengkaitkan mereka dengan  makhluk jenis Jin, ada juga yang berpendapat bahwa mereka benar-benar ada dan  berupa makhluk tersendiri terpisah dari jenis manusia dan jin, ada juga yang  mengingkari keberadaannya dan menganggapnya sekedar berita bohong, isapan jempol  dan imajinasi belaka.
 Padahal seperti yang telah  diungkapkan oleh Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya (Syaikh Muhammad  al-Ghazali, Studi Kritis Atas Hadis Nabi Saw, antara pemahaman tekstual dan  kontekstual, dengan pengantar Dr. M. Quraish Shihab, terj. Muhammad al-Baqir,  Penerbit Mizan, Bandung, 1993, hal. 126) , bahwa bumi yang kita diami ini  tidaklah lebih dari sebutir debu dialam semesta yang amat besar dan megah dan  penuh dengan kehidupan dan makhluk hidup. Kita akan menjadi orang dungu apabila  mengira hanya kita sajalah makhluk hidup dalam wujud semesta yang maha luas ini.  Allah telah menciptakan begitu banyak galaksi, mungkinkah hanya satu planet saja  yang berisi kehidupan ?
 Alam ini bagi al-Ghazali sudah penuh  sesak dengan makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah yang merujuk pada  wujud-Nya dan bersaksi tentang kebesaran-Nya. Senada dengan pernyataan ini,  penulis Indonesia kontroversial ditahun 80-an asal Sumatera Barat bernama Nazwar  Syamsu berpendapat bahwa banyaknya laporan masyarakat bumi terhadap  penampakan UFO atau piring terbang harus menjadi alasan positip yang mengkuatkan  adanya kehidupan manusia bermasyarakat diplanet lain seperti halnya yang ada  diplanet kita ini (Nazwar Syamsu, Tauhid & Logika, al-Qur’an tentang  al-Insan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 73).
 Namun berbeda dengan keduanya,  Muhammad Isa Dawud (Muhammad Isa Dawud, Dajjal akan muncul dari segitiga  Bermuda, terj. Drs. Tarmana Ahmad Qosim, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996) dengan  semua uraiannya yang panjang lebar didalam bukunya menyatakan bahwa semua  misteri seputar keberadaan piring terbang ataupun makhluk luar angkasa tidak  lain hanyalah perbuatan dan tipu daya Iblis bersama Dajjal yang memiliki markas  besar disegitiga Bermuda .
 Terlepas dari perbedaan pendapat yang  ada diatas tadi, maka bagaimanapun logika mereka tidak ada yang menyimpang dari  apa yang disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya didalam kitab suci al-Qur’an  maupun al-Hadis. Mereka ini pada hakekatnya berbeda dalam cara penafsiran ayat  dan hadis sesuai dengan cara maupun sudut pandang masing-masing. Tetapi satu hal  yang pasti bahwa semua dalil yang mereka pergunakan sangat patut untuk dijadikan  perhatian bagi kita semua, terutama untuk yang tertarik dalam kajian  ini.
 Cerita mengenai keberadaan dari  piring terbang dan manusia-manusia dari luar angkasa sendiri sebenarnya sudah  dikenal jauh sebelum teknologi modern manusia dicapai, misalnya dongeng-dongeng  mengenai kerajaan Atlantis atau juga kisah mengenai kepahlawanan Hercules yang  akhirnya kembali kelangit bersama ayahnya Zeus setelah menyelesaikan tugas  dibumi tidak bisa dianggap hanya sekedar cerita pengantar tidur bangsa Yunani  kuno bahkan cerita keperkasaan Gatot Kaca dalam wayang purwa yang memiliki baju  terbang bernama “Kotang Antakusuma” dan helm “Basunanda” lengkap dengan sepatu  pelindung “pada kacarma” juga menjadi suatu teori tersendiri oleh sejumlah  peneliti masalah piring terbang.
 Lalu bagaimana sebenarnya pendapat  al-Qur’an sendiri mengenai hal-hal yang masih merupakan misteri besar ini ?  
 Kitab suci al-Qur’an memang tidak  bercerita secara jelas (didalam ayat-ayat Muhkamatnya) kepada kita mengenai  keberadaan makhluk hidup diluar manusia berikut planet dimana mereka tinggal.  Tetapi hal ini tidak berarti bahwa secara simbolik (melalui ayat-ayat  Mutasyabihatnya) al-Qur’an juga menolak keabsahan teori-teori tersebut, sebab  sebaliknya justru al-Qur’an menggambarkan kekuasaan Tuhan disemua alam semesta  yang melingkupi seluruh makhluk hidup yang ada dan tersebar disemua penjuru  galaksi.
 Dan diantara ayat-ayat-Nya adalah  menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia  sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan  semuanya apabila dikehendaki-Nya. - Qs. 42 Asy-Syura :29
 Dan Allah telah menciptakan Dabbah  dari almaa’; diantara mereka ada yang berjalan diatas perutnya dan ada juga yang  berjalan dengan dua kaki dan sebagiannya lagi berjalan atas empat kaki. Allah  menciptakan apa yang Dia kehendaki, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas  tiap-tiap sesuatu.. - Qs. 24 An-Nur :45
 Melalui surah asy-syura ayat 29  diatas kita memperoleh gambaran dari al-Qur’an bahwa Allah telah menyebarkan  dabbah disemua langit dan bumi yang telah diciptakan-Nya. Pengertian dari  istilah Dabbah ini sendiri bisa kita lihat pada surah an-Nur ayat 45, yaitu  makhluk hidup yang memiliki cara berjalan berbeda-beda, ada yang merayap seperti  hewan melata ada yang berjalan dengan dua kaki sebagaimana halnya dengan manusia  dan ada pula yang berjalan dengan empat kaki seperti kuda, anjing, kucing dan  seterusnya sehingga merujuk istilah Dabbah yang ada dilangit dengan makhluk  berjenis Jin atau Malaikat saja dan mengabaikan kemungkinan adanya makhluk jenis  lain berarti bertentangan dengan maksud kitab suci sendiri.
 Dan hanya kepada Allah saja bersujud  semua yang ada dilangit dan dibumi, mulai dari Dabbah hingga para malaikat;  sementara para malaikat itu tidak pernah berbuat angkuh – Qs. 16 an-Nahl :  49
 Sementara itu Allah menyatakan  mengenai aneka ragam jenis dan sifat Dabbah itu, sebagaimana pada surah 8:22  bahwa Dabbah yang jahat ialah orang-orang yang tidak memikirkan hidupnya, dan  pada surah 8:55 dinyatakan pula sebagai Dabbah yang kafir menurut hukum Islam.
 Dalam surah 65/12 istilah  Samawaat bisa kita terjemahkan pula sebagai planet-planet yang  bersamaan wujud dan rupanya dengan bumi kita ini. Dalam ayat-ayatnya yang lain  secara tersirat, Al-Qur'an juga mempertegas dengan mengatakan bahwa dibumi-bumi  lainnya itu ada tumbuhan, bebatuan dan lain sebagainya. 
 Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula  bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu  mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya  Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)
 "Hai anakku, sekiranya ada seberat  biji sawi yang berada dalam batu karang yang besar atau di planet ataupun  didalam bumi ini, Allah akan menunjukkannya. Sungguh, Allah itu Maha Halus lagi  Maha Mengetahui." (QS. 31:16) 
 Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah  telah mengedarkan untukmu apa yang diplanet dan apa yang di bumi serta  menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin ? Dan di antara manusia ada  yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa  Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20)
 Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu  anggap selain Allah ! Tidaklah mereka memiliki seberat zarrahpun diplanet dan  tidak pula di bumi ini, karena mereka tidak bersekutu pada keduanya dan tiada  mereka sebagai pembantu bagiNya". (QS. 34:22)
 Adanya kehidupan dipermukaan  planet-planet pada bahagian langit yang lainnya sebagaimana maksud ayat-ayat  suci yang telah kita kutipkan diatas, dapatlah dijadikan anak kunci bagi membuka  lembaran baru tentang Astronomi yang dalam teori sarjana-sarjana barat selama  ini terkandung keraguan dan kontradiksi yang tidak terpecahkan.
 Adanya UFO /Unidentifiet Flying  Objects/ yang pesawatnya berbentuk piring terbang, ribuan kali telah terlihat  nyata diangkasa bumi, begitupun pendapat-pendapat yang sering kita dengar bahwa  pesawat itu dikendalikan dan diawaki oleh manusia cerdas dari planet lain /ETI =  Extra Terrestrial Intelligence Being/ menjadi alasan positif yang menguatkan  pendapat adanya kehidupan manusia dan juga makhluk-makhluk hidup lainnya yang  bermasyarakat sebagaimana yang berlaku dibumi.
 Peradaban mereka yang sedemikian  majunya sehingga mereka bisa melawan hukum-hukum alam yang manusia bumi abad  ke-20 ini belum mampu melakukannya, hal ini terlihat dengan mampunya UFO itu  terbang mengambang diatas permukaan bumi tanpa adanya pengaruh apapun dari gaya  gravitasi bumi yang didalam AlQur'an disebut dengan Rawasia yang selalu  diterjemahkan oleh para penafsir Qur'an selama ini dengan pengertian Gunung.
 Karena itu tanpa mengurangi rasa  hormat kita kepada mereka yang menolak keberadaan makhluk hidup diluar jenis  manusia dan jin sekaligus menyatakan bahwa hanya diplanet bumi ini sajalah  makhluk hidup ciptaan Allah, menurut pendapat penulis pribadi, maka dijaman yang  serba modern dan canggih ini apalagi didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an sendiri  tidaklah bisa dibenarkan. Adalah mustahil kebohongan dilakukan oleh hampir  separuh penghuni bumi ini dalam waktu yang berbeda dan bahkan dipisahkan oleh  kurun masa berabad-abad dari sekarang.
 Su’ud Muliadi ( Su’ud Muliadi,  Sm Hk, Mahluk Angkasa Luar dan al-Qur’an, Penerbit PT. Garoeda Boeana Indah,  Pasuruan, 1993, hal. 17. ) misalnya menyatakan dalam bukunya itu bahwa  laporan paling tua mengenai pesawat dari luar angkasa yang mendarat dibumi ini  berasal dari abad ke-15 sebelum Masehi, yaitu pada sebuah tulisan Mesir kuno  (papirus) yang merupakan bagian dari buku harian Raja Thutmosis III (1504-1450  SM) yang merupakan raja Mesir terbesar dimasa lalu dengan daerah kekuasaannya  sampai kesungai Euphrat dan Sudan.
 Laporan itu terjadi pada salah satu  ekspedisi penaklukkan yang dipimpinnya langsung, dimana dalam perjalanannya  Thutmosis III melihat adanya sebuah lingkaran api muncul diangkasa dengan  panjang sekitar 1 rod atau ± 5 meter tanpa mengeluarkan suara dan perlahan  bertambah tinggi naik keangkasa menuju keselatan dan menghilang dikegelapan  malam.
 Seterusnya beberapa penemuan  Arkeologi kerajaan Romawi kuno juga menunjukkan bahwa penampakan dari piring  terbang juga pernah terjadi dimasa lalu. Salah satu penemuan itu berupa mata  uang logam Romawi kuno yang berukiran gambar bintang dan sebuah bola dengan  antena mirip satelit yang ada dijaman kita modern ini. Pendapat awal yang  memperkirakan bahwa bola berantena ini merupakan ukiran matahari akhirnya kandas  setelah penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan adanya kenyataan empat sinar  cahaya dari bola itu dipancarkan dengan cara yang berlainan terhadap cahaya dari  matahari. Apalagi pada mata uang logam tersebut terdapat kata-kata Providentia  Deorum yang memuliakan para dewa dan terdapat seorang wanita dalam wujud  Providentia muncul dari cahaya yang bersinar tersebut .
 Selanjutnya berturut-turut Yves Naud  dalam bukunya berjudul Peninggalan Masa Lampau yang misterius dan UFO, dan Erich  Von Daniken dengan bukunya Adakah makhluk lain dari angkasa luar  (Kedua  buku ini bisa didownload langsung melalui Internet dari website Beta-UFO dengan  alamat http://www.betaufo.com/  dalam  format file PDF) memberikan kehadapan kita banyak sekali data-data yang  memastikan mengenai apa yang telah disampaikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tadi.  Bahkan menurut Yves Naud berdasarkan penelitiannya yang panjang, teknologi yang  pernah dicapai oleh nenek moyang manusia jaman dahulu kala jauh melebihi apa  yang sudah dicapai oleh manusia modern sekarang ini.
 Hal ini dibuktikannya dengan  keberadaan Peta Piri Reis yang merupakan suatu peta dengan rancangan ilmu  geografis sangat akurat Konon pada awal abad ke delapan belas, di istana Topkapi  Turki, ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi  Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis. Dua buah atlas yang disimpan di  perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar yang tepat dari laut Tengah dan  daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri Reis ini. Semua peta  ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey seorang Kartograf Amerika  untuk diteliti. Mallerey memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua data  geografi terdapat pada peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat yang  semestinya. Ia minta bantuan dari Walters seorang kartograf dari Biro Hidrografi  Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey dan Walters bersama-sama menyusun suatu  skala dan mentransformasikan peta itu menjadi bola dunia. Mereka membuat  penemuan yang menggemparkan.
 Petanya memang cermat, bukan hanya  mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja melainkan pantai-pantai Amerika Utara  dan Selatan bahkan garis-garis tinggi Permukaan Samudra Antartika pun dilukiskan  dengan persis sekali pada peta Piri Reis itu. Peta itu bukan hanya  memproduksikan garis besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari  daerah-daerah pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran  tinggi; semuanya digambarkan de ngan ketepatan yang luar  biasa.
 Dalam tahun 1957, peta-peta itu  diserahkan kepada Jesnit Lineham, yang menjabat direktur dari Weston Observatory  merangkap juru potret pada Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya  dengan cermat, Lineham pun hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis  itu bahkan sampai mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang sekali  dipelajari. Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru  ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat. Pegunungan itu telah  tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya. Peta kita sekarang dibuat  berdasarkan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat gema suara. Penyelidikan  terakhir yang dilakukan oleh Profesor Charles. H. Hapgood dan ahli matematika  Richard W. Strachan telah memberikan informasi yang lebih mengherankan lagi.  Setelah diadakan perbandingan dengan hasil pemotretan bulatan dunia kita yang di  lakukan secara modern dari satelit, perbandingan itu menunjukkan bahwa peta  aslinya dari Piri Reis itu pasti telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari  udara dengan ketinggian yang jauh sekali.
 Sebuah kapal ruang angkasa terbang  diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya lurus ke bawah, setelah filmnya  dicuci maka akan terdapat gambaran ini; segala sesuatu yang ada dalam radius  kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan direproduksikan secara tepat, karena  semuanya ada di bawah lensa. Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius  itu akan berubah reproduksinya dari keadaan sebenarnya. Semakin jauh pandangan  kita dari titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan  gambarnya. Mengapa ini semua? karena bumi ini berbentuk bulatan, benua-benua  yang jauh dari titik pusat seolah tenggelam ke bawah. Negara Amerika Selatan  misalnya, tampaknya berubah dengan janggal sekali pada ukuran memanjangnya,  persis seperti perubahan pada peta Piri Reis ! Dan juga persis seperti  hasil-hasil pemotretan yang dilakukan satelit buatan dari Amerika.
 Bagaimana kita bisa menjelaskan hal  demikian itu, bagaimana mungkin nenek moyang kita mampu membuat peta seakurat  ini dengan pengetahuan mereka yang konon menurut buku-buku sejarah masih dalam  taraf hidup didalam gua dan mengembara (nomaden) ? Tidakkah teori yang  menyatakan bahwa nenek moyang manusia sebenarnya pernah mencapai kemajuan  dibidang ilmu dan teknologi canggih sebelum akhirnya melalui sebuah banjir besar  telah melemparkan manusia kembali kejaman batu, bisa diterima ? Bisakah ajaran  Islam yang diklaim sebagai ajaran Tuhan semesta alam menjawab semuanya  ?
 Dan orang-orang yang hidup sebelum  mereka sekarang ini telah pernah mendustakan Kami, padahal mereka yang ada  sekarang ini belum sampai pada sepersepuluh yang pernah Kami berikan kepada  mereka dahulu kala. - Qs. 34 Saba’ : 45
 Beberapa penafsir kitab suci ada yang  merujuk maksud dari orang-orang yang hidup sebelumnya pada ayat tersebut sebagai  orang-orang kafir Mekkah yang sudah meninggal sebelum kenabian Muhammad, akan  tetapi adalah sah-sah saja bila kita menafsirkannya dengan makna yang lebih luas  dari itu dan menghubungkan ayat ini dengan teori yang sudah kita bahas  sebelumnya. Apalagi dalam catatan kakinya yang menjelaskan ayat ini, Departemen  Agama Republik Indonesia menulis maksud dari sepersepuluh yang kami berikan  kepada orang-orang sebelumnya itu adalah pemberian Allah seputar kepandaian ilmu  pengetahuan, umur panjang, kekuatan jasmani, kekayaan harta benda dan  sebagainya.( al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia,  Jakarta, Penerbit Gema Risalah Press Bandung, Edisi refisi tahun 1989, Catatan  Kaki no 1244, hal. 691 ).
 Seperti yang sering saya singgung,  bahwa al-Qur’an harus dipahami  secara universal dan aktual, sehingga  kemonotonan penafsiran yang ada pada tafsir Qur’an tradisional tidak membuat  kitab suci ini sebagai sesuatu yang hanya menjadi pajangan dimasjid ataupun  bacaan saat menjelang sholat Jum’at. Kita harus melanjutkan misi aktualisasi  kitab suci yang sudah dirintis oleh Syaikh Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid  Ridha diawal abad 20. 
 Dengan begitu, maka kita bisa  mendapatkan kitab suci al-Qur’an benar-benar sebagai kitab petunjuk yang  bermanfaat bagi manusia didalam mempelajari ilmu dunia maupun ilmu  akhirat.
 Keberadaan planet-planet yang  berfungsi sebagai tempat hidup dan berkehidupan makhluk berjiwa seperti bumi  misalnya secara eksplisit bisa juga kita peroleh didalam ayat al-Qur’an  :
 Allah menciptakan tujuh langit dan  seperti itu juga bumi; berlaku hukum-hukum Allah didalamnya, agar kamu ketahui  bahwa Allah sangat berkuasa terhadap segala sesuatu; dan Allah sungguh meliputi  segalanya dengan pengetahuan-Nya. - Qs. 65 ath-Thalaq : 12
 Jika kata langit dan bumi disebut  dengan bilangan tujuh yang berarti banyak (lebih dari satu), maka tentu yang  dimaksud dalam ayat ini adalah kemajemukan gugusan galaksi yang terdiri dari  jutaan bintang dan planet-planet yang ada sebagaimana yang kita ketahui dari  ilmu astronomi modern. Oleh karenanya secara tidak langsung al-Qur’an menyatakan  kepada kita bahwa Bumi yang kita diami ini bukanlah satu-satunya bumi yang ada  dijagad raya.
 Makhluk-makhluk yang ada dilangit dan  dibumi memerlukan Dia, setiap waktu Dia dalam kesibukan. - Qs. 55 Ar-Rahman  :29
 Setelah berkali-kali mengadakan  pengamatan secara teliti menggunakan teleskop-teleskop Observatorium W.M. Keck  Hawaii, Observatorium Lick di California dan Observatorium McDonald di Texas  sejak bulan Juli 2003 yang lalu, maka hari selasa tanggal 31 Agustus 2004  sejumlah astronom mengumumkan penemuan jenis planet baru yang memiliki lebih  banyak kesamaan dengan Bumi dibanding dengan planet-planet gas raksasa yang  pernah ditemukan sebelumnya (Kompas Cyber Media, http://www.kompas.com/teknologi/news/0409/01/173543.htm  ,  rubrik Sains & Teknologi)
 Planet-planet mirip bumi tersebut  yang pertama berada di gugusan Leo memiliki massa 21 kali ukuran bumi dan waktu  rotasi 2,64 hari dengan perkiraan jarak lebih kurang 33 tahun cahaya dari Bumi  kita sedangkan planet berikutnya berada digugusan Cancer memiliki massa 18 kali  dari bumi dan waktu orbit 2,81 hari dengan jarak dari bumi ini sekitar 41 tahun  cahaya. Atas penemuan kedua planet ini baik Barbara McArthur, peneliti dari  Universitas Texas di Austin maupun Anne Kinney, direktur Direktorat Misi Ilmiah  Divisi Jagad Raya NASA sama-sama mengungkapkan rasa optimisnya bahwa teka-teki  keberadaan makhluk hidup lain diluar bumi akan segera terjawab.
 Planet lainnya yang baru ditemukan  dan diduga memiliki juga persamaan dengan bumi adalah planet yang mengorbit  bintang Gliese 876 berjarak sekitar 15 tahun cahaya dari bumi pada arah rasi  bintang Aquarius dengan massa sebesar 5,9 hingga 7,5 kali massa  bumi (Harian umum Berita Pagi, Planet Baru itu, Kecil dan Berbatu, No. 37  Tahun 1, Rabu, 15 Juni 2005 hal 1).
 Sementara misi antariksa tanpa awak  Voyager 1 yang diluncurkan atas kerjasama NASA dan Caltech pada tanggal 5  September 1977 sudah berada diluar tata surya kita dengan jarak 14 milyar  kilometer dari planet bumi dan tengah menyelidiki heliopause dan medium antar  bintang, ini adalah satu-satunya benda buatan manusia modern yang berada jauh  diruang angkasa sehingga untuk dapat menangkap sinyalnya dipusat kontrol Jet  Propulsion Laboratory di dekat Pasadena, California dibutuhkan waktu lebih dari  13 jam. (Wikipedia Indonesia, ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Voyager_1 )
 Akhirnya, bersikap terlalu skeptis  terhadap sejumlah kalangan yang menyibukkan dirinya untuk melakukan eksplorasi  angkasa raya guna menemukan peradaban lain maupun mentertawakan sejumlah  penelitian terhadap ilmu pengetahuan yang pernah dicapai oleh nenek moyang  manusia dimasa lalu sungguh bukan perbuatan yang bijaksana dan bertentangan  dengan kitab suci.
 Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu memperolok-olok suatu kaum yang lain, karena boleh jadi mereka  itu lebih baik dari mereka yang mengoloknya; dan jangan juga para wanita saling  memperolok sesamanya sebab boleh jadi wanita yang diperolokkan itu lebih baik  dari wanita yang memperoloknya ; dan jangan kamu mencela dirimu sendiri serta  jangan kamu saling memanggil dengan gelar yang jahat. Sejahat-jahat panggilan  adalah yang jahat setelah ia beriman dan siapa saja yang tidak bertobat, maka  mereka adalah orang yang zhalim. – Qs. 49 al-Hujuraat : 11
 Kita selaku manusia modern ini harus  segera berhenti meneruskan perilaku pongah yang disertai stagnasi pendapatnya  yang usang, keberadaan para aliens alias makhluk berjiwa diplanet bumi yang lain  nun jauh dikedalaman langit jangan sampai menimbulkan kekhawatiran berlebihan  bahwa pendapat manusia sebagai makhluk termulia akan dilecehkan atau menjadi  rusak. Pada hakekatnya manusia ini cuma sekedar makhluk yang  hina (al-Qur’an surah 32 as-Sajdah ayat 8) dengan kediaman berada  dipinggiran galaksi tak lebih dari setitik debu berjarak ± 300 juta miliar km  dari pusat Bimasakti. Mari kita berhenti berpikir egois dan merasa sebagai  makhluk yang paling diperhatikan Tuhan, padahal nyaris setiap hari kita  melupakan Tuhan dan bergulat dengan dosa, zinah, korupsi, dusta dan seribu satu  macam kufur nikmat lainnya, manusia terlampau membumi sehingga tidak kuasa  melepas ke-‘akuannya’.
 Demikian ...
 Wassalam.,
 Armansyah
 
 
 
 
 
 
 
No comments:
Post a Comment