detikNews :
Jakarta - Bendera merah putih berbagai ukuran, berkibar-kibar tertiup angin di pinggiran Jalan Joglo Raya, Jakarta. Ada bendera besar, sedang, dan bendera kecil. Ada juga bendera umbul-umbul. Semua diikat atau dipajang di atas gerobak. Saat kendaraan di jalanan berkelebat, bendera-bendara ini pun bergoyang.
Sang penjual bendera hanya duduk-duduk di trotoar. Belum ada pembeli yang mampir, mungkin karena awal puasa Ramadan atau karena sebab lain. Wajahnya tampak lesu. Ditambah pula, cuaca yang cenderung hujan saat sore tiba, semakin membuat jauh dari calon pembeli.
"Saya jualan pakai gerobak ini, dari Ciledug, lewat Joglo, lalu kemari," ungkap Kahar (37) warga Larangan Utara, Cikedug, Tangerang, Banten, kepada detikcom Selasa (10/8/2010) siang.
Kahar mengaku, setiap menjelang 17 Agustusan, dia selalu berjualan bendera dan berbagai pernak-pernik lainnya. Kahar sebenarnya hanya tukang ojek dan pekerja serabutan lainnya, termasuk menjadi kuli bangunan. "Tapi khusus menjelang Agustusan saya ikut jualan ini. Barangnya saya ambil dari bandar di Ciledug," terangnya.
Kahar mulai berjualan sejak Jumat pekan lalu. Dengan gerobaknya, dia berkeliling dari Joglo sampai Palmerah. Kahar keluar masuk perumahan penduduk atau mangkal di sudut jalan antara Palmerah, Kebayoran Lama, Joglo dan arah Pondok Indah.
"Ya lumayan supaya dapur tetap ngebul. Tapi sampai saat ini, baru satu dua orang yang beli bendera ukuran biasa yang harganya Rp 25.000 ini," katanya seraya menunjuk bendera merah putih ukuran antara 160 cm x 60 cm itu.
Kahar mengatakan bendera ukuran kecil dijual dengan harga Rp 5.000. Bendera sedang dijual Rp 15.000. Untuk umbul-umbul harganya Rp 30.000. Sedangkan untuk bambu tiang bendera, dia jual dengan harga variatif.
"Kadang tergantung tawar-tawaran sama pembeli," ujarnya tersenyum. Kahar berharap, walau perayaan HUT RI kali ini jatuh pada bulan puasa, tapi bisnis jual beli bendera tidak ikut lesu. "Biar orang puasa, tapi harus tetap semangat. Terutama semangat untuk masang bendera yang ini hehehe," ungkapnya lagi.
Sementara itu, pedagang bendera lainnya bernama Jaya (47), asal Kalideres, Jakarta Barat, juga tengah memajangkan barang jualannya di sepanjang Jalan Pejompongan, Jakarta Pusat. Jaya memajangkan jualannya persis di dekat pemakaman TPU Karet Bivak, berderetan dengan penjual bunga rampai.
Jaya mengaku, menjual bendera ukuran kecil Rp 4.000, ukuran sedang Rp 15.000 dan ukuran besar Rp 75.000. "Yang besar ukurannya dua meter. Bendera-bendera itu bukan saya yang jahit, tapi saya beli langsung dari pembuatnya di Rawa Kambing, Ciledug," katanya.
Pada tahun lalu, Jaya mengaku dapat untung dari berjualan bendera. "Ya lumayanlah. Kalau untuk bambunya saya jual perbatang Rp 15.000-20.000. Tiang bambu yang dibungkus plastik lebih bagus daripada tiang bambu yang hanya dicat, karena lebih tahan air," imbuhnya.
Jaya menjelaskan, dia menggeluti bisnis musiman tersebut, karena dinilai lebih untung dari usaha sehari-harinya yang menjaul sapu dan gorden. "Sementara waktu jual bendera dulu, karena mau mendekati 17 Agustus," ujarnya.
Baik Kahar dan Jaya mengakui, sampai hari ini memang belum terlihat antusiasme masyarakat dalam membeli bendera. Mereka mengaku paling laku menjual satu sampai tiga bendera atau bambu dalam sehari. "Mudah-mudahan nanti lebih ramai dan nggak lesu lah," jelas Jaya optimistis.
Sebenarnya, bendera-bendera yang dijual itu banyak dijahit sejumlah pengusaha rumahan. Setidaknya di kawasan Ciledug, terdapat beberapa penjahit bendera. Mereka rata-rata mematok harga bendera secara bervariatif sesuai ukuran dan model. Misalnya, untuk umbul-umbul warna dipatok harga Rp 20.000, umbul-umbul Merah Putih Rp 20.000, bendera ukuran 180X120 cm Rp 40.000, ukuran 180X120 cm dari bahan saten dihargai Rp 50.000, ukuran 150X100 cm seharga Rp 30.000 dan yang terbuat dari kain saten seharga Rp 40.000. Bendera ukuran 120X80 cm senilai Rp 20.000 dan ukuran 90X60 cm seharga Rp 12.000.
Sementara untuk bendera ukuran kecil dijual Rp 2.000, bendera Plastik Rp 4.000
perbungkus. Sementara untuk jenis umbul onde bisa mencapai ratusan ribu karena
menggunakan kain dan bahan yang sangat panjang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment